Agama




Nama : Hatmi
NIM : 1601121123
Kelas : A
Mata Kuliah : Studi Agama Kontemporer



A.    ISTILAH AGAMA DAN ARTINYA
Pengertian agama dapat melahirkan berbagai macam definisi atau arti. Oleh karena itu supaya kita dapat mempunyai pengertian yang luas, perlu disajikan beberapa pengertian dari bermacam-macam agama yang ada.
Dalam bahasa Sanskerta istilah “agama” berasal dari: a = kesini, gam = gaan, go, gehen = berjalan-jalan. Sehingga dapat berarti peraturan-peraturan tradisional, ajaran, kumpulan hukum-hukum, pendeknya apa saja yang turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan.[1]
Kemudian di kepulauan nusantara mendapat arti seperti adat, kepercayaan, upacara, pandangan hidup, sopan santun. Sekarang kata agama atau igama/ugama hamper sama artinya dengan religi (Latin) atau din (Arab).
Dalam Upadeca tertulis sebagai berikut:
“Agama itu sebenarnya berasal dari kata Sanskerta a dan gam. A artinya tidak dan gam artinya pergi. Jadi kata tersebut berarti ‘tidak pergi’ yang berarti ‘tetap di tempat’, ‘langgeng’ di wariskan secara turun temurun.
Pengertian agama dari segi bahasa  menurut Harun Nasution adalah ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.
Adapun pengertian agama dari segi istilah dapat dikemukakan sebagai berikut. Elizabet K. Nottingham dalam bukunya Agama dan Masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Nottingham mengatakan bahwa agama berkaitan denganusaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta.
Terdapat 4 unsur yang menjadi karakteristik agama sebagai berikut.[2]
Pertama, unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk yang bermacam-macam. Dalam agama primitif  kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk benda-benda yang memiliki kekuatan misterius (sakti), ruh atau jiwa yang terdapat pada benda benda yang memiliki kekuatan misterius, dewa-dewa dan Tuhan atau Allah dalam istilah yang lebih khusus dalam agama islam.
Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.
Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut seperti yang terdapat pada agama-agama monoteisme.
Keempat, unsur paham adanya kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, tempat-tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara, dan sebagainya.

B.    LATAR BELAKANG PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA
1.      Latar Belakang Fitrah Manusia[3]
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitriah manusia. Manusia secara fitriah merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama
2.      Kelemahan dan Kekurangan Manusia
Faktor lainnya yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan.
3.      Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
C.     BERBAGAI PENDEKATAN DI DALAM MEMAHAMI AGAMA
1.      Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
2.      Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
3.      Pendekatan Sosiologis
Soerjono Soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap penilaian. Sosiologi tidak menetapkan kea rah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang mengangkut kebijaksaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama  tersebut.
4.      Pendekatan Filosofis
Filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat di balik yang bersifat lahiriah.
5.      Pendekatan Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.
6.      Pendekatan Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya.
7.      Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkat usianya.[4]
D.          FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN
a.       Memberikan bimbingan dalam hidup.
b.      Menolong dalam menghadapi kesukaran.
c.       Menentramkan batin.[5]










[1] Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. II, hlm. 2.

[2] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), Cet. IV, hlm.14-15.
[3] Ibid., hlm.16-25
[4] Ibid., hlm. 28-51
[5] Zakiah Drajat, Peran Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1995), Cet. XIV, hlm 56.

Komentar

Postingan Populer